Halaman

Senin, 22 Oktober 2018

SCOR MODEL, "Ahmad Ngusman" A12.2016.05559


SCOR MODEL

Pengukuran kinerja dari suatu sistem sangatlah penting demi terus berlangsungnya  proses improvement ke arah yang lebih baik. Pengukuran kinerja ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dari sistem bisnis, perusahaan maupun lembaga-lembaga lainnya seperti pemerintahan sudah sesuai dengan target/hasil yang diinginkan. Mengingat pentingnya pengukuran kinerja, kini banyak pihak-pihak yang telah mencetuskan beberapa metode mengenai pengukuran kinerja ini seperti SCOR Model yang akan kami bahas.

    1.    Pengertian SCOR Model
SCOR Model adalah singkatan dari Supply Chain Operations Reference Model. SCOR Model adalah salah satu model dari metode pendekatan Rantai Pasok yang begitu banyak digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan supply chainnya. SCOR Model bergfungsi untuk melakukan pengukuran terhadap kinerja dari supply chain di suatu perusahaan.
Selainitu, SCOR Model juga berfungsi untuk mengintegrasikan Business Process Reengineering (BPR), Benchmarking dan Best Practice Analyze (BPA) ke dalam kerangka kerja supply chain.
Metode SCOR terus berevolusi dan dapat dikembangkan teru smetriks-metriks di dalamnya dengan fleksibel sesuai kebutuhan tiap supply chain sehingga fleksibel untuk diterapkan di berbagai macam model supply chain.
Secara hierarki, model SCOR supply chain management terdiri dari proses-proses detail yang saling terintegrasi dari supplier-nya supplier sampai customer-nya customer dimana semua proses tersebut searah dengan strategi operasional, material, kerja dan aliran informasi perusahaan

    2.    Sejarah SCOR Model
SCOR Model  dikembangkan oleh  suatu  lembaga yang bernama Supply Chain Council (SCC), yaitu suatu  lembaga non-profit yang didirikan pada tahun 1996 dan diprakarsai oleh beberapa organisasi/perusahaan seperti Bayer, Compaq, Procter & Gamble, Lockheed Martin, Nortel, Rockwell Semiconductor, Texas Instruments, 3M, Cargill, Pittiglio, Rabin, Todd, & McGrath (PRTM), dan AMR (Advance Manufacturing Research).  Padaawalberdirinya, council ini memiliki anggota sebanyak 69 perusahaan, namun saat ini anggotanya telah mencapai 1000 perusahaan.

Sejak berdirinya SCC, Council ini memiliki tujuan mengembangkan suatu model acuan standar dari supply chain process yang memungkinkan terjalinnya komunikasi efektif antara supply chain partner dengan :
1.    Menggunakan terminology standar untuk komunikasi yang lebih baik dan mempelajari isu-isu supply chain
2.    Menggunakan ukuran standar untuk membandingkan dan mengukur kinerja dari supply chain.

    3.    Perkembangan SCOR Model
SCOR model adalah metode yang terus berevolusi dan dapat dikembangkan terus metriks-metriks di dalamnya dengan fleksibel sesuai kebutuhan tiap supply chain.
Berikut ini gambaran  proses kunci dalam SCOR Model yaitu plan, source, make, deliver dan return yang berada dalam proses mata rantai.




4.    Keuntungan Menggunakan SCOR Model
Keuntungan yang didapat dari penerapan SCOR Model antara lain:
a.)    Dapat memperlihatkan hubungan antara tujuan umum perusahaan (taktik dan strategi) dengan operasi SCM secara keseluruhan.
b.)    Dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memonotoring performa

    5.    Tahapan SCOR Model
Menurut Supply Chain Council (SCC), tahapan dalam pemetaan SCOR Model version 10.0 ada empat tahap, antara lain:
a.       Top Level (Level 1)
b.      Confguration Level (Level 2)
c.       Process Element Level (Level 3)
d.      Implementation Level (Level 4)

a.     Level 1 (Top Level)
Level ini mendefinisikan ruang lingkup dan isi dari SCOR Model.  Setidaknya ada 5 proses kunci dalam top level pertama ini , yaitu plan, source, make, deliver dan return lalu mengukur metrik kinerja.
Hasil pengukuran metrik yang didapatkan kemudian di compare dengan target perusahaan untuk mengetahui apakah kinerja supply chain sudah mencapai target atau belum.
Berikut ini proses kunci tersebut:
1.)    Plan
Sebuah proses untuk menyeimbangkan antara permintaan dan penawaran (supply and demand) dalam rangka membangun strategi terbaik dari tiap aktivitas rantai pasok sambil tetap menyesuaikan aturan bisnis yang berlaku.
Pada perencanaan ini segalanya dikalkulasikan dari mulai tingkat efisiensi dan resiko bisnis yang akan dihadapi.
2.)    Source
Bisa diartikan sebagai sumber. Proses yang melakukan pengumpulan dan pengadaan material barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan yang sebelumnya telah direncanakan.
3.)    Make
Membuat (make): Proses yang mengubah barang ke tahap penyelesaian (Mengolah, memproduksi, dan melakukan packaging finish good) untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan.
4.)    Deliver
Pengiriman (deliver): Proses yang pendistribusian barang jadi dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Di sini, termasuk manajemen pemesanan, manajemen gudang seperti pengemasan produk sesuai prosedur perusahaan. Manajemen transportasi seperti melakukan pengiriman dengan transportasi yang tepat dan tepat waktu – untuk memenuhi kebutuhan yang direncanakan.
5.)    Return
Return adalah proses pengelolaan pengembalian barang. Di tahap supplier, bahan baku yang tidak sesuai permintaan dari perusahaan dan menyediakan transportasi untuk pengiriman bahan baku pengganti. Pembuatan klaim atas bahan baku yang tidak sesuai permintaan ke pemasok di tahap manufaktur. Pengelolaan klaim atas finish good yang tak sesuai di tahap distributor. Dan hingga pembuatan klaim atas produk akhir yang rusak di tahap pengecer.

b.    Level 2 (Configuration)
Level 2, merupakan tahap konfigurasi. Pada level kedua ini setiap proses inti dalam SCOR akan ditampilkan lebih rinci dari proses-proses mata rantai suplai perusahaan.
Hal itu dimulai dari proses yang berkaitan dengan pemasok, aktivitas produksi dan distribusi hingga produk yang diterima oleh konsumen. Terdapat pengklasifikasian proses seperti berikut:

1 = Make-to-stock
2 = Make-to-order
3 = Engineering-to-order
4 = Retail product

c.      Level 3 (Process Element)
Merupakan tahap dekomposisi proses-proses yang ada pada rantai pasok menjadi elemen-elemen yang mendefinisikan kemampuan perusahaan untuk berkompetisi.

d.    Level 4 (Implementation)
Merupakan tahap implementasi yang memetakan program-program penerapan secara spesifik serta mendefinisikan perilaku-perilaku untuk mencapai competitive advantage dan beradaptasi terhadap perubahan kondisi bisnis.


 


  6.    Metrik Dalam SCOR
Metriks adalah sebuah alat untuk mengukur kinerja standar dari proses-proses dalam supply chain. Salah satu syarat utama pengukuran kinerja ini adalah reliable dan valid. Reliability berhubungan dengan konsistensi dari instrumen-instrumen penelitian. Sementara validitas berhubungan dengan ketepatan definisi dari sebuah variabel.
SCOR model memberikan ruang bagi para peneliti untuk melakukan penyesuaian atau kustomisasi terhadap tipe industri masing-masing.


         
                   Atribut Kinerja berhubungan dengan strategi perusahaan. Setiap atribut akan memiliki tolok ukur masing-masing dalam Metriks SCOR Model. Berikut ini adalah atribut yang sering ada dalam metriks standard dari SCOR Model:

Reliability: berkaitan dengan kemampuan melaksanakan setiap pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan. Fokus dari reliability adalah ketepatan waktu, ketepatan kuantitas dan ketepatan kualitas.
Responsiveness berkaitan dengan kecepatan waktu respon setiap pelaksanaan fungsi-fungsi yang berada di setiap mata rantai.

Agility berkaitan dengan kemampuan untuk fleksibel dan beradaptasi dalam menghadapi setiap perubahan yang dipicu oleh faktor eksternal.

Cost berkaitan dengan biaya-biaya di dalam Supply chain. Termasuk di dalamnya terdapat labor costs, material costs, management and transportation costs.

Asset Management Efficiency atau efisiensi dalam pengelolaan asset berkaitan dengan utilitas nilai suatu barang, penyusutan inventori, insourcing vs outsourcing dll.





 Referensi: