SCOR MODEL
Pengukuran
kinerja dari suatu sistem sangatlah penting demi terus berlangsungnya proses improvement ke arah yang lebih baik.
Pengukuran kinerja ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dari sistem bisnis,
perusahaan maupun lembaga-lembaga lainnya seperti pemerintahan sudah sesuai dengan
target/hasil yang diinginkan. Mengingat pentingnya pengukuran kinerja, kini banyak
pihak-pihak yang telah mencetuskan beberapa metode mengenai pengukuran kinerja ini
seperti SCOR Model yang akan kami bahas.
1. Pengertian
SCOR Model
SCOR Model adalah singkatan dari
Supply Chain Operations Reference Model. SCOR Model adalah salah satu model
dari metode pendekatan Rantai Pasok yang begitu banyak digunakan oleh perusahaan
untuk mengembangkan supply chainnya. SCOR Model bergfungsi untuk melakukan
pengukuran terhadap kinerja dari supply chain di suatu perusahaan.
Selainitu, SCOR Model juga berfungsi untuk
mengintegrasikan Business Process Reengineering (BPR), Benchmarking dan Best
Practice Analyze (BPA) ke dalam kerangka kerja supply chain.
Metode SCOR terus berevolusi dan dapat dikembangkan
teru smetriks-metriks di dalamnya dengan fleksibel sesuai kebutuhan tiap supply
chain sehingga fleksibel untuk diterapkan di berbagai macam model supply
chain.
Secara hierarki, model SCOR supply chain
management terdiri dari proses-proses detail yang saling terintegrasi dari
supplier-nya supplier sampai customer-nya customer dimana semua proses tersebut
searah dengan strategi operasional, material, kerja dan aliran informasi
perusahaan
2. Sejarah
SCOR Model
SCOR Model
dikembangkan oleh suatu lembaga yang bernama Supply Chain Council
(SCC), yaitu suatu lembaga non-profit
yang didirikan pada tahun 1996 dan diprakarsai oleh beberapa
organisasi/perusahaan seperti Bayer, Compaq, Procter & Gamble, Lockheed
Martin, Nortel, Rockwell Semiconductor, Texas Instruments, 3M, Cargill,
Pittiglio, Rabin, Todd, & McGrath (PRTM), dan AMR (Advance Manufacturing
Research). Padaawalberdirinya, council
ini memiliki anggota sebanyak 69 perusahaan, namun saat ini anggotanya telah mencapai 1000
perusahaan.
Sejak berdirinya SCC,
Council ini memiliki tujuan mengembangkan suatu model acuan standar dari supply
chain process yang memungkinkan terjalinnya komunikasi efektif antara supply
chain partner dengan :
1. Menggunakan terminology standar untuk komunikasi yang lebih baik dan
mempelajari isu-isu supply chain
2. Menggunakan
ukuran standar untuk membandingkan dan mengukur kinerja dari supply chain.
3. Perkembangan
SCOR Model
SCOR
model adalah metode yang terus berevolusi dan dapat dikembangkan terus
metriks-metriks di dalamnya dengan fleksibel sesuai kebutuhan tiap supply
chain.
Berikut
ini gambaran proses kunci
dalam SCOR Model yaitu plan, source, make, deliver dan return yang berada dalam
proses mata rantai.
4. Keuntungan Menggunakan SCOR Model
Keuntungan yang
didapat dari penerapan SCOR Model antara lain:
a.)
Dapat memperlihatkan hubungan antara
tujuan umum perusahaan (taktik dan strategi) dengan operasi SCM secara
keseluruhan.
b.)
Dapat mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan memonotoring performa
5. Tahapan
SCOR Model
Menurut Supply Chain Council (SCC),
tahapan dalam pemetaan SCOR Model version 10.0 ada empat tahap, antara lain:
a.
Top Level (Level 1)
b.
Confguration Level (Level 2)
c.
Process Element Level (Level 3)
d.
Implementation Level (Level 4)
a.
Level 1 (Top Level)
Level ini mendefinisikan ruang
lingkup dan isi dari SCOR Model. Setidaknya
ada 5 proses kunci dalam top level pertama ini , yaitu plan, source, make,
deliver dan return lalu mengukur metrik kinerja.
Hasil pengukuran metrik yang didapatkan kemudian di compare dengan
target perusahaan untuk mengetahui apakah kinerja supply chain sudah mencapai
target atau belum.
Berikut
ini proses kunci tersebut:
1.)
Plan
Sebuah proses untuk menyeimbangkan
antara permintaan dan penawaran (supply and demand) dalam rangka membangun
strategi terbaik dari tiap aktivitas rantai pasok sambil tetap menyesuaikan
aturan bisnis yang berlaku.
Pada perencanaan ini segalanya
dikalkulasikan dari mulai tingkat efisiensi dan resiko bisnis yang akan
dihadapi.
2.)
Source
Bisa diartikan sebagai sumber. Proses yang melakukan pengumpulan
dan pengadaan material barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan yang
sebelumnya telah direncanakan.
3.)
Make
Membuat (make): Proses yang mengubah barang ke tahap penyelesaian
(Mengolah, memproduksi, dan melakukan packaging finish good) untuk memenuhi
kebutuhan yang direncanakan.
4.)
Deliver
Pengiriman (deliver): Proses yang
pendistribusian barang jadi dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Di sini,
termasuk manajemen pemesanan, manajemen gudang seperti pengemasan produk sesuai
prosedur perusahaan. Manajemen transportasi seperti melakukan pengiriman dengan
transportasi yang tepat dan tepat waktu – untuk memenuhi kebutuhan yang
direncanakan.
5.)
Return
Return adalah proses pengelolaan
pengembalian barang. Di tahap supplier, bahan baku yang tidak sesuai permintaan dari
perusahaan dan menyediakan transportasi untuk pengiriman bahan baku pengganti.
Pembuatan klaim atas bahan baku yang tidak sesuai permintaan ke pemasok di
tahap manufaktur. Pengelolaan klaim atas finish good yang tak sesuai di tahap
distributor. Dan hingga pembuatan klaim atas produk akhir yang rusak di tahap
pengecer.
b.
Level 2 (Configuration)
Level 2, merupakan tahap
konfigurasi. Pada level kedua ini setiap proses inti dalam SCOR akan
ditampilkan lebih rinci dari proses-proses mata rantai suplai perusahaan.
Hal itu dimulai dari proses yang
berkaitan dengan pemasok, aktivitas produksi dan distribusi hingga produk yang
diterima oleh konsumen. Terdapat pengklasifikasian proses seperti berikut:
1 = Make-to-stock
2 = Make-to-order
3 = Engineering-to-order
4 = Retail product
c.
Level 3 (Process Element)
Merupakan tahap dekomposisi proses-proses yang ada pada rantai pasok
menjadi elemen-elemen yang mendefinisikan kemampuan perusahaan untuk
berkompetisi.
d.
Level 4 (Implementation)
Merupakan tahap implementasi yang memetakan program-program
penerapan secara spesifik serta mendefinisikan perilaku-perilaku untuk mencapai
competitive advantage dan beradaptasi terhadap perubahan kondisi bisnis.
6. Metrik Dalam SCOR
Metriks
adalah sebuah alat untuk mengukur kinerja standar dari proses-proses dalam
supply chain. Salah satu syarat utama pengukuran kinerja ini adalah reliable
dan valid. Reliability berhubungan dengan konsistensi dari instrumen-instrumen
penelitian. Sementara validitas berhubungan dengan ketepatan definisi dari
sebuah variabel.
SCOR
model memberikan ruang bagi para peneliti untuk melakukan penyesuaian atau
kustomisasi terhadap tipe industri masing-masing.
Atribut Kinerja berhubungan dengan strategi
perusahaan. Setiap atribut akan memiliki tolok ukur masing-masing dalam Metriks
SCOR Model. Berikut ini adalah atribut yang sering ada dalam metriks standard
dari SCOR Model:
Reliability: berkaitan dengan kemampuan melaksanakan setiap
pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan. Fokus dari reliability adalah
ketepatan waktu, ketepatan kuantitas dan ketepatan kualitas.
Responsiveness berkaitan dengan kecepatan waktu respon setiap pelaksanaan fungsi-fungsi
yang berada di setiap mata rantai.
Agility berkaitan dengan kemampuan untuk fleksibel dan beradaptasi dalam menghadapi
setiap perubahan yang dipicu oleh faktor eksternal.
Cost berkaitan
dengan biaya-biaya di dalam Supply chain. Termasuk di dalamnya terdapat labor
costs, material costs, management and transportation costs.
Asset Management Efficiency atau efisiensi dalam pengelolaan asset berkaitan dengan
utilitas nilai suatu barang, penyusutan inventori, insourcing vs outsourcing
dll.
https://dazzdays.wordpress.com/2009/10/27/sekilas-scor-supply-chain-operation-reference-model-intro/